PASURUAN | gatradaily.com — Kejadian mencurigakan mengguncang para pemilik warung kopi (warkop) di kawasan Ruko Gempol9, Pasuruan, yang melibatkan kedatangan dua pria tak dikenal yang mengaku sebagai utusan dari unit Cyber Polda Jawa Timur.

Kawasan Gempol9, yang dikenal sebagai area hiburan malam, kembali mendapat sorotan setelah muncul dugaan intimidasi yang disamarkan sebagai penegakan hukum.

Menurut beberapa pemilik usaha, kedua pria tersebut mendatangi lokasi tanpa menunjukkan identitas resmi maupun surat tugas. Mereka mengklaim bahwa kedatangan mereka merupakan instruksi dari seorang “Komandan” di unit Cyber Polda Jatim, dengan alasan untuk menindaklanjuti laporan masyarakat terkait aktivitas di kawasan Gempol9.

“Saya di sini atas perintah Komandan saya. Saya diminta untuk mengambil dokumentasi tambahan terkait aduan masyarakat tentang Gempol9 di Polda,” ujar salah satu pemilik warkop saat ditemui di kedai kopi, menirukan gaya bicara salah satu pria tersebut saat ditemui gatradaily.com, Sabtu (12/7/25) dikedai kopi.

Pemilik warkop tersebut menambahkan bahwa kedua pria itu tidak memberikan rincian mengenai isi laporan yang dimaksud. Malahan, salah satu dari mereka sempat melakukan dokumentasi di area sekitarnya dengan dalih untuk kepentingan laporan lanjutan.

“Mereka hanya menjelaskan ada laporan, tetapi tidak menyampaikan perkaranya. Yang mencurigakan, mereka berbicara seolah memiliki wewenang untuk mengatasi masalah, padahal saya sendiri tidak mengetahui kesalahan kami,” ungkapnya.

Kecurigaan semakin menguat ketika salah satu pria tersebut menyarankan agar warkop di Gempol9 ditutup sementara waktu. Mereka juga menawarkan pertemuan dengan atasan mereka, disebut sebagai “Komandan,” dengan harapan laporan bisa dicabut jika pemilik warkop bersedia untuk bertemu dan “membahas lebih lanjut.”

“Arah pembicaraannya seolah mengarah pada permintaan uang, seolah mereka dapat membantu mencabut laporan asal kami mau bertemu komandannya. Padahal kami tidak pernah diberi penjelasan terkait duduk persoalannya,” tegasnya.

Sementara itu, seorang pemilik warkop lainnya melaporkan bahwa ia dihubungi melalui pesan WhatsApp oleh seseorang yang mengaku sebagai suruhan aparat. Namun, karena gaya komunikasi yang mencurigakan, ia memilih untuk mengabaikannya.

“Jika benar mereka dari Polda Jatim, seharusnya pendekatannya berbeda. Gaya dan bahasanya memang mencurigakan,” ungkapnya singkat.

Menanggapi kejadian ini, para pelaku usaha di Ruko Gempol9 mempertanyakan legalitas dan identitas kedua pria tersebut. Mereka berharap agar aparat penegak hukum segera melakukan penyelidikan terkait dugaan penyalahgunaan nama institusi kepolisian yang diduga digunakan untuk intimidasi atau bahkan pemerasan.

Hingga berita ini diturunkan, media ini masih berupaya memperoleh konfirmasi resmi dari Polda Jawa Timur serta pihak-pihak yang diduga sebagai oknum anggota. Perkembangan informasi akan segera disampaikan dalam pemberitaan selanjutnya. (BERSAMBUNG)

(gif/syn)