PASURUAN | gatradaily.com – Gelaran Karnaval HUT ke-80 RI di Desa Oro-oro Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, berubah dari pesta rakyat menjadi sumber keluhan publik.
Acara yang berlangsung sejak Sabtu malam (6/9) hingga Minggu (7/9) dinilai buruk dalam manajemen, hingga menimbulkan kemacetan parah dan insiden yang meresahkan warga.
Sejak Sabtu malam, arus lalu lintas di jalur utama Bangil–Sukorejo tersendat akibat ribuan warga yang tumpah ruah ke jalan tanpa pengaturan lalu lintas yang jelas. Dentuman sound horeg menggema hingga dini hari, menimbulkan kebisingan sekaligus menambah kekacauan.
Akibatnya, ribuan kendaraan terjebak hingga hampir satu kilometer. Bahkan, sebuah ambulans yang sedang membawa pasien dilaporkan ikut terjebak dalam antrean.
“Panitia lebih sibuk mengurus parkiran daripada mengatur arus lalu lintas. Parkir saja dipatok Rp20 ribu, tapi jalan macet total,” keluh Furqon, salah seorang pengguna jalan.
Kondisi semakin memburuk pada Minggu (7/9), saat puncak karnaval digelar. Jalan utama ditutup total: arus kendaraan dari utara dihentikan sejak jembatan layang, sementara dari selatan dialihkan mulai dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wonokerto. Ribuan pengendara terpaksa memutar balik dan mencari jalur alternatif.
Tak berhenti di situ, penggunaan hiburan sound horeg dengan tarian perempuan di atas panggung—yang ironisnya digelar tepat di depan SDN 4 Oro-oro Wetan—memicu kecaman warga.
“Joget di panggung dengan lampu kelap-kelip, persis di depan sekolah dasar. Sama sekali tidak mendidik,” ujar seorang warga yang keberatan.
Kehadiran aparat keamanan pun dipertanyakan. Kapolsek Rembang mengaku tidak berada di lokasi saat cek sound berlangsung.
“Kami sudah mengimbau saat rapat koordinasi agar panitia mematuhi aturan,” ujarnya singkat.
Terkait seorang anak kecil yang hilang kesadaran diduga punya riwayat jantung lemah saat phroton audio sampai digaris finish, Kapolsek menambahkan, “Yang piket sudah saya suruh lidik.” tegasnya.
Namun fakta lapangan berbicara lain: kemacetan mengular, ambulans terhalang, anak kecil dilaporkan jatuh sakit, dan warga dikecewakan.
Karnaval yang semestinya menjadi ruang ekspresi budaya dan kebersamaan, justru meninggalkan catatan buruk akibat lemahnya manajemen panitia serta minimnya pengawasan aparat.(tim)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan