PASURUAN | gatradaily.com – Dalam memaksimalkan konservasi untuk kelestarian alam, AQUA Keboncandi (PT. Tirta Investama) bermitra dengan Yayasan Sekola Konang Indonesia (YSKI) terus melakukan kajian juga penelitian dengan menggandeng berbagai pihak.

Kegiatan Pengajian Ekologi Konservasi Hulu DAS Rejoso yang dilaksanakan di Kantor Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan pada hari Selasa (29/10/2024) oleh YSKI yang bermitra dengan AQUA Keboncandi turut mengikut sertakan beberapa elemen masyarakat, dan OPD terkait.

Adapun yang menjadi pengisi acara dalam kegiatan, Camat Lumbang Bambang suhartono, Kepala UPT PU SDA WS Welang Rejoso Provinsi Jatim Anton Dharma Pusaka mas, Asper BKPH Tosari Johan Sandi S, Ketua Harian YSKI Purjoko, dan Perwakilan AQUA Keboncandi Nurul Huda.

Selain dari tamu undangan yang hadir dalam acara, terlihat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya (Stiesia) juga hadir yang mewakili akademisi dalam mendukung kegiatan tersebut.

Asper BKPH Tosari, Johan Sandi S memaparkan beberapa faktor terjadinya banjir yang di akibatkan oleh prilaku masyarakat yang menjadi penyebab utama.

“Disini penyebab karena masyarakat dan kembali lagi imbasnya ke masyarakat sehingga mendapat kerugian dengan terjadinya bencana,” ujar Johan.

Diterangkan Johan, bahwa pernah ada terjadinnya penjarahan secara besar-besaran di hulu setelah era reformasi, sejak tahun 2000 sehingga dibentuk pola keja sama bersama masyarakat, khususnya di hutan produksi.

“Berdasarkan data, prilaku petani yang masih menanam holtikultura yang merugikan sebab pengelolaan tanah yang secara terus. Disini kami terus memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk menanam yang bisa digunakan sebagai tegakan. Kami juga akan mendukung program apapun untuk kelestarian alam,” terang Asper.

Ketua Harian YSKI, Purjoko memberikan pengertian terkait fungsi Komunitas Masyarakat Pecinta Sungai (KMPS) serta apa saja yang harus dilakukan oleh KMPS bila sudah terbentuk.

“Nantinya, KMPS melakukan sensus serta mengatur tanaman yang akan ditanam, dan saat menebang harus ijin juga supaya nantinya harus ada pengganti pohon yang di potong,” ucap Purjoko.

Kepala UPT PU SDA WS Welang Rejoso Provinsi Jatim Anton Dharma Pusaka mas dalam pemaparannya menejlaskan beberapa aspek yang meliputi :

  1. Multi problem, Dari hulu ke hilir sangat lah banyak, yakni dengan adanya banjir bandang yang berasal dari anak Sungai, Rejoso mulai banjir setelah lumbang mulai surut debit airnya
  2. Multi sektoral terdapat instansi yang lain
  3. Multi Subyek Masyarakat, Government, Pemerintahan yang meliputi beberapa instansi terkait, Media, pihak Swasta yang meliputi industri dan Akademisi.
  4. Multi level goverment terdapat level Desa, level Kecamatan, lever Pemerintah Kabupaten/Kota ataupun Provinsi yang menjadi perbedaan dalam perbedaan bahasa serta kewenangan juga pengelolaan. Bahasa yang harus dipahami, yakni dari bawah ke atas atau dari atas kebawah untuk penanganannya.
  5. Sumber Mata Air di DAS Rejoso terdapat 3 hal penting, yakni sumber umbulan, sumber banyubiru, dan Ranu grati.
  6. Tiga CSR yang besar AQUA Keboncandi (PT. Tirta Investama), PT. Cheil Jedang, dan PLN (Indonesia Power).
  7. Dua wadah Kordinasi Forum DAS REJOSO dan UPT SDA WS WELANG REJOSO.
  8. Proyek Strategis nasional Spam umbulan yang melayani 5 kabupaten/kota di Jatim. KMPS (Komunitas Masyarakat Peduli Sungai) di hulu desa galih, kec. Pasrepan serta desa lumbang, ditengah desa pleret kec. Pohjentrek dan Di hilir mangrove di muara.
  9. Ada Buku Kerja, Kajian/catatan kegiatan menjadi buku kerja sebagai acuan/pedoman di akui oleh pelaksana dan pengelola dari pemerintah untuk sebagai acuan ke pihak swasta seperti perusahaan.

“Dari semua itu maka pengajian ini perlu terus dilakukan untuk memberikan edukasi serta pengertian supaya masyarakat lebih sadar dengan pentingnya kelestarian alam. Jadi kita harus menabung terlebih dahulu hingga kita bisa menikmati hasilnya di kemudian hari,” urai Anton Dharma.

Emeralda yang merupakan Dosen dari Stiesia sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh AQUA Keboncandi bersama YSKI dengan mengajak secara langsung masyarakat didalam pengajian ekologi.

“Kami datang dengan tujuan untuk memberikan kontribusi di pengajian ekologi di daerah aliran sungai rejoso. Program ini sangat bagus, di ilmu kampus participatory rural appraisal, karena dengan pendekatan ini menjadi fokus pemberdanyaan masyarakat dalam melibatkan dari identifikasi, perenacanaan, sampai ke evaluasi akhir. Sehingga mereka diperkenalkan memgenali permasalahan kemudian dengan pendampingan bisa menemukan solisinya sendiri,” tuturnya.

Diakhir acara, Ketua Harian YSKI, Purjoko berharap CSR dari perusahaan seperti AQUA bisa dilakukan kegiatan yang bisa bermanfaat secara berkelanjutan kepada masyarakat di setiap tahun.

“Dengan masyarakat yang mengerti serta peduli maka secara tidak langsung akan bisa meminimalisir kejadian yang tidak di inginkan, serta menjaga debit air dalam tanah,” harap Purjoko. (Syn)