PASURUAN | gatradaily.com — Karnaval di Desa Oro-oro Ombo Kulon, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, yang semula dimaksudkan sebagai ajang hiburan rakyat, justru berujung ricuh selama dua malam berturut-turut.
Acara yang menampilkan “Sound Horeg” itu berubah menjadi ajang tawuran brutal dan memicu keresahan warga.
Kericuhan terbaru terjadi pada Minggu malam (12/10), dan terekam jelas dalam siaran langsung akun TikTok RT Sewelas, Dusun Kalikunting. Dalam video berdurasi singkat tersebut, terlihat sejumlah pemuda saling serang, memukul, dan menendang secara brutal.
Suasana makin tegang saat salah satu korban terlihat terkapar bersimbah darah dan segera dievakuasi oleh warga serta aparat keamanan.
Video itu dengan cepat viral di media sosial dan memicu gelombang reaksi dari warganet. Sebagian mengecam aksi kekerasan yang terus berulang, sementara sebagian lainnya menyoroti lemahnya pengawasan aparat dan panitia penyelenggara.
“Yang tawuran suruh ngopi di rumah aja, Mas,” tulis akun TikTok @°aRuL°, menyindir pedas fenomena tawuran yang kerap mewarnai acara serupa.
Seorang warga setempat bernama Umi mengaku panik saat kericuhan pecah.
“Kurang tahu penyebabnya, tiba-tiba ramai saling pukul. Banyak yang lari ketakutan, pedagang juga banyak yang rugi karena barang dagangannya berantakan,” ujarnya saat dihubungi.
Ironisnya, insiden serupa juga terjadi sehari sebelumnya, Sabtu malam (11/10), saat penampilan DJ Tanti dari Brewok Audio. Dua malam kekacauan di lokasi yang sama menunjukkan lemahnya pengawasan dan tanggung jawab dari pihak penyelenggara.
Yang lebih memantik sorotan publik adalah sikap bungkam Kepala Desa Oro-oro Ombo Kulon. Hingga berita ini diturunkan, sang kades belum memberikan pernyataan resmi terkait dua malam kericuhan di wilayahnya. Ketiadaan sikap ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat.
“Kalau cuma diam, apa gunanya jadi pemimpin?” keluh salah satu warga di kolom komentar unggahan video viral tersebut.
Masyarakat berharap pihak kepolisian dan pemerintah kecamatan segera turun tangan, melakukan evaluasi, serta memastikan kejadian serupa tidak kembali terulang.
Kini, pesta rakyat yang seharusnya menjadi ajang kebersamaan justru meninggalkan catatan kelam. Dua malam berturut-turut Desa Oro-oro Ombo Kulon kehilangan kendali, sementara pemimpinnya memilih diam di tengah kegaduhan.(tim)
Tinggalkan Balasan