PASURUAN | gatradaily.com – Nama Muhlis, sopir ambulance Desa Pejangkungan, Kecamatan Rembang, menjadi sorotan setelah tertangkap basah tengah check-in di sebuah hotel di wilayah Bangil bersama seorang wanita yang bukan istrinya. Parahnya lagi, keduanya menggunakan mobil ambulan milik desa saat kejadian.
Setelah pemberitaan ramai, Muhlis mencoba memberikan klarifikasi melalui salah satu media online. Ia mengaku bahwa dirinya dan wanita tersebut seharian mengurus kecelakaan dan merasa kelelahan.
“Dari pada capek bolak-balik, saya pengen mandi dan sholat, maka saya berinisiatif mencari tempat untuk mandi dan melaksanakan ibadah sholat,” akunya di salah satu media online.
Namun, pengakuan itu bertolak belakang dengan pernyataan yang ia sampaikan pada malam kejadian, kepada sejumlah awak media saat ditemui sekitar pukul 23.25 WIB di sebuah warung kopi di Bangil, Muhlis meminta agar pertemuan tersebut tidak direkam. Ia menyampaikan, bahwa wanita yang bersamanya merasa lelah dan meminta tempat untuk beristirahat.
“Memang kami capek. Seharian di RSUD Bangil. Teman saya hanya sebagai pendamping,” ungkap Muhlis dengan nada bingung.
Tak hanya itu, Muhlis juga sempat mencoba menakut-nakuti wartawan dengan menyebut dirinya mengenal sejumlah tokoh LSM dan awak media di Pasuruan.
“Saya kenal semua LSM dan Media di Pasuruan. Kita sama-sama orang lapangan. Janganlah ada ini itu,” ujarnya dengan senyum penuh arti.
Keesokan harinya, Muhlis kembali menemui awak media di Bale Warta, Mapolres Pasuruan. Ia mengungkapkan, bahwa wanita yang bersamanya berinisial LS, warga Kejayan, yang merupakan rekan satu naungan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
“Untuk soal semalam, sudah saya sampaikan ke ketua saya. Jadi apa kata beliau saja,” kata Muhlis dengan nada percaya diri, seolah yakin kasus ini tidak akan mencuat ke publik. Kamis (24/04/2025)
Sementara itu, Sugito yang akrab disapa Kung Gito, menilai pernyataan Muhlis di media online sangat tidak masuk akal. “Dia bukan istrinya, masuk hotel berdua, pakai mobil ambulance juga. Kalau mau klarifikasi, buatlah alasan yang logis,” tegas Gito.
Lebih lanjut, Gito mengaku prihatin dengan tindakan sopir ambulance tersebut. Menurutnya, tindakan Muhlis tidak hanya melanggar etika, tetapi juga mencederai fungsi utama kendaraan dinas.
“Ini sangat memprihatinkan. Ambulance adalah sarana pelayanan kesehatan, bukan untuk kepentingan pribadi. Kepala Desa Pejangkungan dan Camat Rembang harus segera memberikan pembinaan atau sanksi tegas atas tindakan ini,” pungkasnya. (Tim)
Tinggalkan Balasan