TULUNGAGUNG | gatradaily.com – Dalam upaya mendorong terciptanya layanan publik yang unggul dan membangun budaya kerja berintegritas, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tulungagung menggelar Pelatihan Peningkatan Kompetensi Petugas Pemasyarakatan, Budaya Kerja, dan Pelayanan Prima pada Jumat (23/5).

Kegiatan yang berlangsung di Aula R. Moestopo dari pukul 09.00 hingga 11.30 WIB ini menghadirkan tiga narasumber ahli di bidang pelayanan, perbankan, dan motivasi.

Para narasumber yang dihadirkan yakni Argo Puspo Prabowo (Asisten Manajer Operasional dan Layanan Bank BRI Cabang Tulungagung), Nurun Najma Sofi (Customer Service Bank BRI Cabang Tulungagung), serta Wawan Saktiawan (motivator, influencer, dan komika), memberikan materi yang aplikatif dan inspiratif untuk mendorong transformasi pelayanan publik di lingkungan pemasyarakatan.

Pelatihan diawali dengan penampilan memukau seni Jaranan Sentherewe Satriya Bhinangun, yang dibawakan oleh Warga Binaan Lapas.

Kesenian khas Tulungagung ini menjadi simbol pelestarian budaya lokal sekaligus wujud penghormatan terhadap para tamu undangan.

Dalam pemaparannya, Argo Puspo Prabowo menegaskan pentingnya membangun Service Excellent Culture sebagai fondasi pelayanan.

“Pelayanan prima bukan sekadar memenuhi kebutuhan pengguna, tapi bagaimana kita menciptakan pengalaman yang membekas dan membangun kepercayaan masyarakat secara berkelanjutan,” tegas Argo.

Sementara itu, Nurun Najma Sofi menyoroti pentingnya sikap profesional dalam interaksi layanan. Ia menyampaikan empat prinsip utama yang harus menjadi budaya kerja: Greeting, Responsive, Empathy, dan Farewell.

“Penampilan, gestur, dan etika harus mencerminkan semangat profesionalisme setiap hari,” jelasnya.

Sesi terakhir yang dibawakan Wawan Saktiawan menghadirkan suasana santai namun penuh makna. Dengan gaya khasnya yang jenaka namun menggugah, Wawan mengajak peserta membangun personal branding dan institusional branding yang kuat.

“Lapas jangan hanya dikenal karena tembok dan jeruji, tapi karena integritas dan kualitas pelayanannya. Perubahan harus terlihat dan dirasakan masyarakat,” ujarnya, disambut tawa dan tepuk tangan peserta.

Kalapas Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto, dalam sambutannya menekankan bahwa pelatihan ini merupakan langkah nyata dalam membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).

“Ini bukan sekadar pelatihan, tetapi bagian dari komitmen besar kami untuk menciptakan pelayanan yang profesional, berkualitas, dan berintegritas. Lapas Tulungagung harus menjadi lembaga pemasyarakatan yang PASTI bermanfaat bagi masyarakat,” tegas Ma’ruf.

Melalui pelatihan ini, Lapas Tulungagung menegaskan komitmennya dalam reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Transformasi pelayanan dan budaya kerja terus didorong untuk menjadikan Lapas sebagai institusi yang melayani, bukan sekadar menghukum.

Dengan langkah konkret seperti ini, Lapas Tulungagung optimistis dapat meraih predikat Wilayah Bebas dari Korupsi dan tampil sebagai contoh perubahan positif dalam sistem pemasyarakatan Indonesia. (Syn)