PASURUAN | gatradaily.com – Dugaan permainan kotor di tubuh aparat kembali mencuat setelah penggerebekan perjudian capjiki di sebuah gudang kosong di Desa Tunggulwulung, Kecamatan Pandaan, Selasa (9/9) dini hari, berubah menjadi polemik serius.

Informasi yang dihimpun warga, ada sembilan orang diamankan dalam operasi tersebut, termasuk pemilik lokasi perjudian. Namun, saat para terduga pelaku tiba di Polsek Pandaan, jumlahnya mendadak berkurang menjadi delapan orang.

“Loh, yang satu ke mana? Padahal jelas ikut dibawa. Jangan-jangan dia orang dekatnya polisi Polsek Pandaan. Kalau benar, busuk sekali mainnya,” ungkap salah seorang warga dengan nada geram, Kamis (11/9).

Kecurigaan masyarakat makin tajam. Mereka menilai penggerebekan itu hanya sebatas pencitraan untuk memenuhi target Operasi Tumpas Narkoba dan Pekat. Indikasi tebang pilih pun mencuat: sebagian pelaku ditahan, sebagian lain justru dilepaskan.

“Kalau aparat benar-benar serius ingin memberantas perjudian, tangkap semua tanpa kecuali. Jangan ada kesan hukum bisa ditawar. Kalau ada pelindungan terhadap pemain tertentu, itu penghinaan terhadap keadilan masyarakat,” tegas warga lainnya.

Ironisnya, saat dikonfirmasi terkait dugaan hilangnya satu orang dari daftar tersangka, Kanit Reskrim Polsek Pandaan, Aiptu Fery Candra, enggan memberikan keterangan. Pesan konfirmasi yang dikirim melalui WhatsApp hanya terbaca tanpa balasan. Sikap bungkam tersebut justru menambah kecurigaan dan memperbesar amarah warga.

Kini, masyarakat menuntut transparansi penuh dan meminta pihak berwenang mengusut tuntas dugaan penyimpangan dalam penanganan kasus ini. Publik berharap proses hukum berjalan bersih, tanpa intervensi dan permainan kotor, agar wibawa aparat tidak semakin tercoreng.(tim)