PASURUAN | gatradaily.com – Sorotan terhadap kualitas pelayanan di Rumah Makan Kampung Mangga, unit usaha di bawah BUMDes Oro-oro Ombo Kulon, terus mengemuka setelah sejumlah pengunjung mengeluhkan respons karyawan yang dinilai lamban. Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Oro-oro Ombo Kulon, Hariono, memberikan penjelasan yang justru memunculkan polemik baru.
Dalam sambungan telepon pada Senin (17/11), Hariono menyayangkan langkah media yang menyoroti persoalan itu.
“Wes sampean pikir ate beritakno iku? Gak sakno awakmu beritakno iku? Sudah dipikir kamu mau beritakan rumah makan itu? Gak kasian kamu,” ujarnya dengan nada keberatan.
Hariono menegaskan bahwa pihak rumah makan selama ini berupaya memberikan pelayanan terbaik.
Ia menyarankan, bila pengunjung membutuhkan bantuan tambahan, mereka dapat langsung menuju kasir.
“Biasanya kalau ada perlu, langsung saja ke kasir. Sampean kok tega. Tego sampean,” kata dia.
Dalam penjelasannya, Hariono juga sempat menyinggung kondisi ekonomi pihak tertentu dengan menyatakan “mereka itu orang tidak punya.”
Namun ia tidak menjelaskan siapa yang dimaksud, sehingga pernyataan tersebut menimbulkan pertanyaan tersendiri.
Keluhan terkait pelayanan muncul dari sejumlah pengunjung yang menilai karyawan kurang kooperatif.
Salah satu situasi yang dikeluhkan terjadi ketika pengunjung meminta bantuan untuk membungkus sisa makanan. Meski sudah memanggil beberapa kali, tidak ada karyawan yang mendekat, meski mereka terlihat berada tidak jauh dari meja pelayanan dan sempat menoleh ke arah pengunjung.
Ardi Adham, salah satu pengunjung yang berada di lokasi, membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan, karyawan seolah mengetahui ada panggilan namun tidak mengambil inisiatif untuk membantu.
“Kalau memang peraturannya seperti itu, ya tolong kasih tulisan banner yang besar. Buatkan pemberitahuan ‘kalau ada perlu, silakan ke kasir’,” ujar Ardi, warga Prigen, Selasa (18/11).
Ardi membandingkan pelayanan di Rumah Makan Kampung Mangga dengan rumah makan lain yang dinilainya lebih responsif.
Menurut dia, karyawan di tempat lain akan langsung menghampiri ketika dipanggil, bukan membiarkan pengunjung menunggu.
Ia menilai, pelayanan yang kurang tanggap ini disayangkan, terlebih rumah makan dikelola BUMDes yang membawa nama baik desa sehingga semestinya menunjukkan standar pelayanan lebih profesional.
Ardi menegaskan bahwa dirinya dan rekan-rekannya tidak mengetahui adanya aturan yang mewajibkan pengunjung datang ke kasir untuk setiap keperluan tambahan.
“Kami kan tidak tahu kalau setiap keperluan harus ke kasir. Teman saya cuma ingin dibungkuskan makanan. Setidaknya karyawan bisa membawa nampan atau menunjukkan inisiatif sebelum kami ke kasir,” kata Ardi.
Ia berharap pihak manajemen memasang pemberitahuan yang jelas bila memang ada prosedur tersebut, sehingga pengunjung tidak merasa diabaikan dan pelayanan dapat berjalan lebih transparan.(mal/ze)
























Tinggalkan Balasan