PASURUAN | gatradaily.com – Sebuah saluran air berundak peninggalan kolonial Belanda masih berdiri kokoh di Desa Randupitu, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.
Warga setempat menyebutnya Kedung Prenteng, saluran sekunder yang memiliki konstruksi unik berupa 15 undakan dengan panjang sekitar 60–70 meter dan lebar tiga meter.
Kepala Desa Randupitu, Mochammad Fuad, mengatakan bangunan irigasi tersebut diperkirakan telah dibangun pada sekitar tahun 1912.
Struktur dindingnya menggunakan pasangan batu kali dengan karakter bangunan khas Belanda: kasar, kuat, dan memiliki spasi batu yang timbul.
“Sejak dulu warga menyebut bangunan ini Kedung Prenteng. Saluran peninggalan Belanda ini masih berfungsi dengan baik hingga sekarang,” ujar Fuad saat dikonfirmasi.Senin (17/11/205)
Air dari Kedung Prenteng mengalir tanpa henti, termasuk di musim kemarau. Debit airnya bersumber dari gabungan aliran Sungai Trawas, Sungai Krobyokan, dan Sungai Tretes yang dibendung di Dam Winong, sebelum mengalir ke jaringan irigasi Pateguhan.
Kondisi tersebut membuat persawahan di Dusun Randupitu hingga Dusun Babat tetap terairi sepanjang tahun. Petani pun bisa melakukan panen padi hingga tiga kali setahun.
“Fungsi utamanya untuk irigasi persawahan warga. Airnya tak pernah surut, sehingga membawa manfaat besar bagi petani,” kata Fuad.
Pemerhati saluran peninggalan Belanda asal Prigen, Baron Efendy, menjelaskan Kedung Prenteng merupakan bangunan terjunan air (stordam) yang dirancang untuk mengendalikan kecepatan aliran pada saluran dengan kemiringan curam.
“Tujuannya mengurangi energi air dan mencegah erosi. Bangunan seperti ini juga berfungsi menurunkan elevasi aliran agar aman bagi konstruksi di bawahnya,” terang Baron.
Ia menyebut kemungkinan besar Kedung Prenteng dibangun pada masa yang sama dengan Talang Abang di Desa Sumbergedang, Kecamatan Pandaan.
Meski memiliki nilai historis dan tampilan estetik, keberadaan Kedung Prenteng belum banyak diketahui masyarakat luas. Pengunjung bisa mengakses lokasi melalui Desa Randupitu atau Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol.
Kendaraan roda dua hanya bisa diparkir di ujung jalan paving, sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
“Lokasinya lebih dekat dari Desa Kepulungan. Anak-anak biasanya bermain air di sini, meski sekarang sudah tidak seramai dulu,” kata Fuad.
Tak jauh dari Kedung Prenteng, dulunya terdapat sebuah embung kecil seluas sekitar 2.000 meter persegi yang juga dibangun pada masa kolonial.
Embung tersebut kini telah berubah menjadi lahan sawah, meski bekas saluran pembuangnya masih terlihat.
Pemerintah desa berencana mengajukan revitalisasi embung tersebut kepada instansi terkait.
Harapannya, embung dapat difungsikan kembali dan dikombinasikan dengan Kedung Prenteng untuk pengembangan wisata desa.
“Jika embung bisa difungsikan ulang, kami ingin menjadikannya potensi wisata sekaligus pendukung irigasi,” ujar Fuad.(gif/syn)
PASURUAN | gatradaily.com— Insiden ambulans yang dihentikan oleh petugas proyek pemeliharaan berkala Jalan Bangil–Wonokerto memicu…
PASURUAN | gatradaily.com – Dugaan praktik pengoplosan LPG di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, memicu keresahan…
PASURUAN | gatradaily.com – Satuan Lalu Lintas Polres Pasuruan bersama Dinas Perhubungan Kabupaten Pasuruan melakukan…
PASURUAN | gatradaily.com – Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Pasuruan memasang delapan spanduk imbauan rawan…
PASURUAN | gatradaily.com — Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pasuruan, Merita Rusdi Sutejo, meninjau langsung…
PASURUAN | gatradaily.com — Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Pemantau Pembangunan & Kinerja Pemerintahan (LP2KP) Pasuruan…